Reproduksi Archaebacteria

Diposting pada

Materi.Co.ID – Hay hay bertemu lagi dengan artikel materi.co.id . Kali ini kita akan membahas tentang Archaebacteria. Simak ulasan lengkap nya dibawah ini.

√ Archaebacteria : Pengertian, Ciri, Jenis dan Strukturnya Lengkap


Pengertian Archaebacteria

Archaebacteria atau archaea merupakan salah satu anggota dari Kingdom Monera pada Sistem Lima Kingdom. Archaea termasuk dalam organisme uniseluler prokariotik, sebagaimana halnya bakteri yang juga merupakan anggota Kingdom Monera. Walaupun archaea dan bakteri keduanya ialah organisme prokariot yang tidak mempunyai membran inti dan organel-organel sel lainnya, keduanya mempunyai perbedaan yang cukup fundamental seperti pada dinding sel archaea tidak mengandung peptidoglikan, archaea tidak terhambat oleh antibiotik dan mempunyaii beberapa tipe RNA polimerase.

Archaea hidup pada lingkungan ekstrim seperti lingkungan dengan kadar garam sangat tinggi dan temperatur sangat tinggi. Archaea yang bisa hidup pada kadar garam sangat tinggi disebut juga sebagai halofil ekstrim (extreme halophile), dan archaea yang hidup pada temperatur sangat tinggi disebut juga sebagai termofil ekstrim (extreme thermophile). Sebagian archaea juga mempunyai metabolisme unik yang bisa memproduksi gas metana, yang disebut sebagai metanogen.


Ciri – Ciri Archaebacteria

  • Dinding sel tidak terkandung peptidoglikan, tetapi terkandung lipopolisakarida
  • Hidup bebas, tidak ada yang parasit dan bersifat nonpatogen
  • Termasuk organism ekstermofil, sanggup hidup dilingkungan ekstrem seperti kawah gunung berapi, didasar samudra, danau laut mati dan dalam lumpur.
  • Bentuknya beragam yaitu bulat, batang, spiral atau tidak beraturan
  • Memiliki ukuran 0,1 – 5 mikron
  • Reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan biner, membentuk tunas atau fragmentasi.
  • Dapat diwarnai dengan pewarnaan gram.
  • Memiliki sifat anaerob.

Jenis – Jenis Archaebacteria

  • Methanogen

Bakteri Methanogen merupakan bakteri yang bersifat anaerob dan bisa memproduksi gas metana (CH4) dari gas hydrogen dan CO2 atau asam asetat. Bakteri ini hidup di lingkungan yang memproduksi metan, misalnya rawa-rawa, dasar kolam, atau usus binatang, contohnya yaitu :
Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pectin.
Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidolisis selulosa.
Succumonas amylotica, mempunyai kemampuan menguraikan amilum.
Methanococcus janashi, penghasil gas metana (CH4).

Baca Juga  Faktor - Faktor Germinasi

  • Halofilik

Halofilik merupakan bateri fototrof (memproduksi energi dari cahaya) yang menggunakan klorofil versi ungu disebut bacteriorhodosin. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat asin seperti yang dijumpai di Great Salt Lake dan Laut Mati. Lingkungan seperti ini menyediakan dua tantangan. Pertama, perbedaan konsentrasi garam di dalam dan di luar sel yang luar biasa, memproduksi tekanan osmotik besar. Sedangkan organisme lain dengan cepat akan kehilangan semua air mereka dan mati, halofilik sudah beradaptasi untuk bertahan hidup dalam perbedaan gradien air ini. Kedua, lingkungan asin sangat basa, beberapa memiliki pH hingga 11,5. Selain hanya bisa bertahan pada lingkungan yang tidak ramah ini, halofilik sudah dimasukkan ke dalam keadaan jalur fotosintesis yang unik mereka. Kebanyakan halofilik ialah aerob.


  • Reduksi sulfur

Sama seperti metanogen, reduksi sulfur tinggal di dekat ventilasi vulkanik dan kolam renang. Mereka menggunakan sulfur anorganik berlimpah dijumpai di dekat ventilasi ini, bersama dengan hidrogen, sebagai makanan. Mereka juga mempunyai toleransi panas yang sangat tinggi, hidup dalam suhu hingga 85 derajat Celcius.


  • Termoasidofil

Termoasidofil juga hidup dari belerang, namun mereka melakukannya dengan mengoksidasi itu, menggabungkan belerang dengan molekul oksigen dan bukan hidrogen. Seperti bakteri metanogen dan reduser belerang, archaebacteria ini tinggal di dekat ventilasi vulkanik dan kolam renang dan dengan begitu beradaptasi dengan suhu tinggi (65-80 derajat Celcius). Berbeda dengan dua kelas lainnya, walaupun termoasidofil juga lebih memilih keadaan yang sangat asam, yang tinggal di lingkungan dengan pH serendah 1,0. Hampir semua termoasidofil adalah anaerob obligat.


Struktur Archaebacteria

1. Membran Sel

Membran Arkea dibuat oleh molekul-molekul yang sangat berbeda dengan organisme hidup yang lain, ini menunjukan bahwa archaea mempunyai hubungan kekerabatan yang jauh dengan Bacteria dan Eukarya. Pada semua organisme, membran sel dibuat dari molekul yang disebut sebagai fosfolipid. Molekul-molekul ini mempunyai bagian polar yang larut dalam air, yaitu bagian kepala (fosfat), dan bagian yang tidak larut air, yaitu bagian ekor (lipid). Kedua bagian ini dihubungkan oleh gugus gliserol. Struktur utama dalam membran sel adalah dua lapis fosfolipid ini, yang disebut lipid bilayer. Fosfolipid pada Archea berbeda pada:

  • Bakteri dan Eukariota memiliki membran yang tersusun sebagian besar oleh lipid gliserol-ester, sementara Arkea memiliki membran yang disusun oleh lipid gliserol-eter. Perbedaan ini ialah jenis ikatan yang menghubungkan bagian lipid dengan gugus gliserol. Ikatan eter secara kimia lebih kuat dan stabil dari ikatan ester. Stabilitas ini mungkin alasan mengapa Archaebacteria bisa bertahan pada lingkungan ekstrem, seperti suhu ekstrem atau lingkungan asam maupun basa.
  • Gugus gliserol pada Arkea juga terbalik apabila dibandingkan dengan organisme lain. Perhatikan pada warna merah, walaupun perbedaan hanya terlihat seperti pencerminan satu dengan yang lainnya, dalam kimia disebut kiralitas (Chirality), hal ini membuat fosfolipid yang digunakan pada bentuk tangan-kanan tidak bisa digunakan atau dibuat oleh enzim yang beradaptasi dengan tangan-kiri. Hal ini menunjukkan bahwa Archaea menggunakan enzim yang sama sekali berbeda dari Bacteria dan Eukariota untuk mensintesis fosfolipid. Ini menunjukkan percabangan pada awal kehidupan, sehingga menjadikan Arkea dan Bakteri ialah dua domain yang berbeda. Semua organisme hidup (kecuali Arkea) hanya mengandung asam amino “tangan-kiri” dan gula “tangan-kanan.”
  • Bagian ekor juga menunjukkan perbedaan rantai kimia.
  • Pada beberapa Arkea, lipid bilayer digantikan oleh lipid monolayer.
Baca Juga  Jenis - Jenis Kondensasi

Struktur membran-archaea

Bagian Atas, fosfolipid Archaebacteria:

  • rantai isoprene
  • ikatan eter
  • gugus L-gliserol
  • grup fosfat

Bagian Tengah, fosfolipid Bakteri atau Eukariota:

  • rantai asam lemak
  • ikatan ester
  • gugus D-gliserol
  • grup fosfat

Bagian Bawah :

  • lipid bilayer dari Bakteri dan Eukariota
  • lipid monolayer pada sejumlah Arkea tertentu

2. Dinding Sel

Sebagian besar Arkea mempunyai dinding sel yang berfungsi untuk perlindungan kimia dan fisika, dan bisa mencegah molekul makro untuk menyentuh membran sel. Namun tidak seperti Bacteria, Archaebacteria tidak mempunyai peptidoglikan pada dinding selnya. Ordo Methanobacteriales mempunyai pseudopeptidoglikan yang mempunyai kesamaan morfologi, fungsi, dan struktur fisik dengan peptidoglikan Bakteri, hanya saja berbeda dalam struktur kimianya.


3. Metabolisme

Arkea mempunya banyak ragam reaksi kimia dalam metabolisme dan menggunakan berbagai sumber untuk mendapatkan energi. Reaksi ini kemudian dikelompokkan bergantung dari sumber energi dan sumber karbon. Beberapa Arkea mendapatkan energi dari senyawa anorganik seperti sulfur atau amonia, kelompok ini disebut sebagai litotrof. Kelompok lain menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi, kelompok ini disebut sebagai fototrof. Namun, fotosintesis yang menghasilkan oksigen tidak terjadi dalam organisme-organisme ini. Kemudian kelompok terakhir menggunakan senyawa organik (senyawa yang mengandung ikatan karbon dan ikatan hidrogen), kelompok ini disebut dengan organotrof.


Habitat archaebacteria

Dapat hidup di berbagai lingkungan, archaebacteria dikenal sebagai extremophiles. Spesies tertentu dapat hidup dalam suhu di atas titik didih pada 100 ° Celcius atau 212 ° Fahrenheit. Mereka juga dapat berkembang dalam lingkungan perairan sangat garam, asam, atau basa.

Mereka menggunakan berbagai trik kimia untuk menggapai hal ini, dengan satu spesies, halobacteria, sanggup mengganti cahaya menjadi adenosin trifosfat (ATP) atau energi sel, dengan menggunakan proses non-fotosintesis.

Baca Juga  Sistem Reproduksi Wanita

Halobacteria hidup di perairan hampir seutuhnya jenuh dengan garam, dan tidak seperti tanaman fotosintesis, tidak sanggup mengekstrak karbon dari karbon dioksida di atmosfer.


Peranan Archaebacteria bagi Kehidupan Manusia

  • Enzim dari Archaebacteria ditambahkan ke dalam sabun cuci atau detergen untuk menaikkan kemampuan sabun cuci dan deterjen pada suhu serta pH tinggi.
  • Beberapa enzim Archaebacteria juga dipakai dalam industri makanan untuk mengubah pati jagung menjadi dekstrin (sejenis karbohidrat).
  • Beberapa jenis Archaebacteria dipakai untuk mengatasi pencemaran, misalnya tumpahan minyak.


Demikianlah bahasan kita mengenai Archaebacteria. Terima kasih bagi yang menyempatkan waktu untuk membaca dan mampir di artikel √ Reproduksi Archaebacteria : Pengertian, Ciri, Jenis & Strukturnya Lengkap. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kamu ?


Baca Juga Artikel Lainnya